Menjadikan seluruh hidup kita sebagai meditasi
Ide paling
mendasar dari meditasi adalah : "mengistirahatkan bathin". Yang dimaksud
dengan mengistirahatkan bathin adalah membuat bathin kita kembali
hening, sepi, sunyi, laksana samudera tanpa riak-riak gelombang ombak.
Manah shanti, tanpa dualitas pikiran dan kegelapan bathin.
Sayangnya
kebanyakan pemahaman mengartikan bahwa hanya dalam meditasi ada
aktifitas mengistirahatkan bathin tersebut. Di jalan Yoga, tidak hanya
dalam meditasi kita bisa mengistirahatkan bathin, tapi dalam setiap
moment dalam kehidupan kita juga bisa ”mengistirahatkan bathin”.
PERJALANAN KEHIDUPAN
Sebagian
besar manusia adalah mahluk yang saling terhubung, sangat jarang ada
kehidupan dalam isolasi. Karena itu kita mengalami berbagai warna-warni
pengalaman kehidupan. Yang biasanya menjadi “sumber masalah” atau
“sumber guncangan” dalam hidup kita yang bisa membuat bathin kita
terbakar, secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi tiga :
1. Tugas-tugas kehidupan kita [sekolah, rumah tangga, bekerja mencari uang, dll].
Kita
mungkin sering punya kerinduan : seandainya saya punya lebih banyak
waktu untuk meditasi, punya lebih banyak waktu untuk tirtayatra, punya
lebih banyak waktu untuk jalan-jalan, dll. Akibatnya tanpa sadar kita
melakukan penolakan terhadap tugas-tugas kehidupan kita. Ini adalah hal
yang bertentangan dengan prinsip dasar dharma. Kita harus sadar bahwa
kita harus mengerjakan semua tugas-tugas kehidupan kita : belajar di
sekolah kalau kita pelajar, bekerja di kantor kalau kita pegawai,
bekerja di sawah kalau kita petani, muputang upakara kalau kita
pemangku, menyapu lantai rumah, membuang sampah, menceboki bayi kita
yang buang air besar, dll.
Di jalan dharma tidak ada
pemisahan antara tugas-tugas kehidupan kita dengan upaya kita
merealisasi moksha [pembebasan]. Penolakan akan tugas-tugas kehidupan
kita akan menjauhkan bathin kita dari kedamaian sejati. Hanya
melaksanakan kerjalah yang bisa membebaskan kita, bukan menolak untuk
bekerja. Karena itu tidak hanya sembahyang ke pura adalah jalan dharma,
tidak hanya meditasi adalah jalan dharma, melaksanakan kerja-pun juga
adalah jalan dharma. Burung2 bekerja giat mencari makan untuk anak2nya,
monyet2 bekerja giat mencari kutu & membersihkan bulu anak2nya.
Semua dilakukan tanpa keluhan, tanpa protes. Disana kerja bukan saja
wujud nyata welas asih dan kebaikan, tapi sekaligus jalan menuju
paramashanti.
Setiap manusia yang sudah sampai di puncak
ajaran dharma rutinitasnya cuma satu : melayani mahluk lain dengan
sebaik-baiknya. Mereka melakukan apapun tugas-tugas kehidupan mereka
[jadi pelajar, jadi pegawai, jadi guru, jadi polisi, jadi pemangku, jadi
tentara, jadi ibu rumah tangga, jadi pejabat] dengan penuh ketulusan,
kejujuran, kedamaian dan kebahagiaan, tanpa mengharapkan imbalan,
pahala, balasan atau penghormatan orang [tidak hitung-hitungan].
Bagaimana menjadikan seluruh tugas-tugas kehidupan kita sebagai meditasi ? Istirahatkan bathin disana.
-
Kalau kita sedang belajar pelajaran sekolah, belajarlah dengan penuh
kedamaian dan kebahagiaan. Fokuslah hanya pada apa yang kita pelajari.
Temukan kedamaian dan kebahagiaan dalam menghafal, dalam menghitung
matematika.
- Kalau kita sedang mencuci piring, cucilah piring
dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Fokuslah hanya pada mencuci
piring. Temukan kedamaian dan kebahagiaan dalam menyabuni piring, dalam
membilas piring.
- Kalau kita sedang menyapu lantai, menyapulah
dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Fokuslah hanya pada menyapu
lantai. Temukan kedamaian dan kebahagiaan dalam memunguti barang yang
berserakan, dalam menyapu sudut-sudut yang sulit.
- Kalau kita
sedang mengasuh anak, asuhlah anak dengan penuh kedamaian dan
kebahagiaan. Fokuslah hanya pada mengasuh dan menyayangi anak kita.
Kalau anak cerewet dan nakal, terimalah cerewet dan nakalnya dengan
penuh kasih sayang, kedamaian dan kebahagiaan.
- Kalau kita sedang
bekerja di kantor, bekerjalah dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
Fokuslah hanya pada apa yang kita kerjakan sebagai tugas kita. Kalau bos
memarahi kita, terimalah omelannya dengan penuh kedamaian dan
kebahagiaan.
- Dll.
2. Interaksi dengan orang lain.
Dalam
hidup ini, kita bertemu dan terhubung dengan banyak orang. Dan tentu
saja tidak semuanya akan bersikap baik dan manis dengan kita.
Seringkali ada perbedaan pendapat, ada perselisihan, ada ketidakcocokan,
benturan, konflik dan ini adalah hal yang biasa dalam perjalanan
kehidupan.
Kita mungkin punya kerinduan akan kedamaian,
sehingga kita menghindar dari orang-orang seperti itu. Sayangnya
kedamaian bathin yang sejati bukanlah suatu keadaan tanpa konflik. Kita
bisa damai ketika orang sayang dan hormat kepada kita, itu hal yang
mudah dan biasa. Tapi kalau bathin kita bisa tetap damai ketika orang
marah, menghina atau memfitnah kita, itulah kedamaian bathin yang
sejati. Karena kedamaian bathin yang sejati berjalan beriringan dengan
bebasnya bathin dari sad ripu.
Semua hal dalam kehidupan
bisa menjadi jalan dharma. Bahkan dilempar batu-pun bisa menjadi jalan
dharma, kalau kita bisa tetap sabar, damai dan penuh kasih sayang.
Orang-orang yang menyakiti laksana genta kesadaran yang selalu
mengingatkan kita akan ajaran dharma, karena guru kesabaran yang terbaik
adalah bapak yang pemarah, istri yang cerewet, tetangga yang iri hati,
teman kantor yang jahat, dll. Belajar dharma dan studi mendalami Veda
itu bagus, tapi yang jauh lebih bagus dari itu adalah sehari-hari
belajar membersihkan bathin dari orang-orang yang menyakiti seperti itu.
Kesabaran kita baru bisa sempurna kalau kita sudah banyak digoda.
Di
jalan menuju pembebasan, menghindar atau sebaliknya melakukan
perlawanan terhadap orang-orang yang menyakiti adalah sebuah langkah
keliru. Bila kita tidak memiliki kedamaian bathin saat berhubungan
dengan orang lain [dalam keadaan apapun], meditasi atau sembahyang atau
bhajan atau tirtayatra hanya merupakan sebuah bentuk pelarian sementara.
Kita baru bisa menemukan kedamaian sejati dalam meditasi atau
sembahyang atau bhajan atau tirtayatra, jika kedamaian juga hadir dalam
hidup kita sehari-hari, melalui kesabaran, welas asih dan kebaikan kita.
Bagaimana menjadikan benturan-benturan dengan orang lain dalam kehidupan kita sebagai meditasi ? Istirahatkan bathin disana.
-
Kalau kita dihina atau dicaci maki orang, terimalah hinaan dan caci
maki itu dengan penuh kasih sayang, kedamaian dan kebahagiaan.
-
Kalau kita harus menanggung malu atau mungkin juga dipermalukan orang,
terimalah hal itu dengan penuh kasih sayang, kedamaian dan kebahagiaan.
Kalau kita ditertawakan dan diberi komentar menyakiti, terimalah
komentar menyakiti dan tertawa menghina itu dengan penuh kasih sayang,
kedamaian dan kebahagiaan.
- Kalau kita dimarahin istri, terimalah kemarahan itu dengan penuh kasih sayang, kedamaian dan kebahagiaan.
- Dll.
3. Grafik kehidupan yang tidak terduga, selalu naik-turun.
Kita
semua ingin hidup damai bahagia. Tetapi pada kenyataannya setiap hari
kita dihadapkan beragai macam persoalan. Hidup ini selalu berubah,
bahagia-sengsara selalu datang silih berganti dalam kehidupan. Hari ini
kita dapat rejeki lima juta, besok motor kita bannya kempes di jalan.
Hari ini kita dipuji-puji orang, besok kita dicaci-maki. Hari ini kita
jalan-jalan having fun, besok kita jatuh sakit. Hari ini kita disayangi
pacar, besok dia selingkuh. Dll. Kalau bahagia kita senang, kalau sedih
kita sengsara, akibatnya hidup kita berguncang.
Karena
hidup selalu dinamis, selalu berubah dalam grafik yang naik-turun
naik-turun, kita perlu mendidik diri untuk tetap damai dan bahagia
kemanapun grafik kehidupan bergerak. Tetap damai dan bahagia baik ketika
senang maupun sengsara.
Bagaimana menjadikan grafik kehidupan yang selalu naik-turun dalam kehidupan kita sebagai meditasi ? Istirahatkan bathin disana.
-
Kalau kita sedang menyetir mobil di jalanan, menyetirlah dengan penuh
kedamaian dan kebahagiaan. Kalau jalanan sedang macet total dan parah,
terimalah kemacetan itu dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
-
Kalau usaha kita bangkrut, selesaikanlah urusannya dengan penuh
kedamaian dan kebahagiaan. Kalau kita harus menerima cacian, omelan atau
bahkan masuk penjara, terimalah hal itu itu dengan penuh kedamaian dan
kebahagiaan.
- Kalau kita sedang terbaring sakit dengan infus di
rumah sakit, terbaringlah dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau
kita harus disuntik dan minum obat pahit, terimalah suntikan dan obat
pahit itu dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
- Kalau kita
tidak punya penghasilan, teruslah berupaya mencari kerja atau pemasukan
dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau kita harus menerima
penolakan dan kegagalan, terimalah hal itu itu dengan penuh kedamaian
dan kebahagiaan. Teruslah berusaha.
- Dll.
MEDITASI DARI MOMENT KE MOMENT
Meditasi selalu melihat ke dalam diri dan bukan merespon apa yang terjadi diluar.
Ketika
kita menghadapi keadaan tidak enak, tidak menyenangkan, masalah atau
konflik, reaksi harus ke dalam diri dulu. Meditasi selalu melihat ke
dalam diri. Ketika kita menghadapi apapun dalam hidup, reaksi selalu
harus ke dalam diri dulu. Bagaimana reaksi bathin kita : tidak senang,
marah, takut, benci, jengkel, penasaran, tegang, dll. Sadari terlebih
dahulu. Sadari, sadari dan sadari [kita mengetahui kalau diri kita
sedang tidak senang, marah, takut, benci, jengkel, penasaran, tegang,
dll].
Bagaimana reaksi bathin kita, itulah obyek meditasi
kita. Tidak senang, marah, takut, benci, jengkel, penasaran, tegang,
dll. Sadari dan sadari. Sadari secara netral. Tanpa penilaian, tanpa
dualitas baik-buruk, enak-tidak enak, suka-tidak suka, suci-kotor, dll.
Sadari sehingga bathin kita menjadi tenang-sejuk.
Begitu kita sadar, secara alamiah bathin kita menjadi damai dan tenang.
Kemarahan,
kebencian, tersinggung, rasa takut, penasaran, dll, muncul karena kita
terlebih dahulu merespon apa yang terjadi diluar. Sehingga kita terseret
oleh riak-riak pikiran, seperti emosi dan dualitas. Akibatnya kita
melampiaskan amarah, kita merasa takut, kita merasa sedih, dll. Kita
tidak sadar.
Apapun masalah dan konflik yang terjadi
diluar, perlu diperbaiki atau tidak, lihatlah ke dalam diri dahulu.
Sadari dan sadari. Karena dengan demikian kita akan menjadi sejuk, damai
dan tenang. Kita tidak terseret atau dalam ketegangan.Sehingga ketika
kemudian kita punya niat untuk memperbaiki keadaan, yang keluar secara
alamiah adalah welas asih, kebaikan dan bukan kemarahan, kebencian.
SESARINING DHARMA [INTISARI DHARMA]
Kembali
ke awal, bahwa ide paling mendasar dari meditasi adalah :
"mengistirahatkan bathin". Kalau kita bisa mendidik diri untuk tetap
bahagia, damai, penuh welas asih dan kebaikan dalam setiap apapun yang
terjadi dalam kehidupan, setiap moment dalam kehidupan kita menjadi
meditasi. Kita bisa "mengistirahatkan bathin" dalam setiap riak dan
gerak kehidupan kita. Apapun yang terjadi, kita tetap tersenyum damai
dalam bathin yang tenang-seimbang tidak berubah.
Inilah pondasi dasar dari meditasi [termasuk juga semua jalan yoga]. Daya
angkat meditasi akan jauh lebih tinggi kalau kita belajar tidak hanya
ketika meditasi ada meditasi, tapi setiap moment dalam kehidupan kita
menjadi meditasi.
Ini juga adalah landasan dasar
merealisasii paramashanti [kedamaian sempurna]. Kita damai dan bahagia
bukan karena disayang istri, dipuji orang, dihormati orang, makan enak,
punya mobil mewah, liburan ke luar negeri, punya banyak uang, dll, yang
sifat damai dan bahagianya sangat goyah dan labil. Tapi kita damai dan
bahagia karena bathin kita sudah bebas dari sad ripu, bebas dari
ahamkara [ke-aku-an], dalam keseimbangan bathin yang sempurna [upeksha].
Inilah kedamaian yang sejati.
Lingkungan hidup kita boleh
penuh dengan godaan sad ripu : gossip & iri hati tetangga, istri
yang galak, suami yang selingkuh, biaya hidup mahal, angka kriminalitas
tinggi, godaan seks, dll. Jangan larut didalamnya, tapi gunakan sebagai
kesempatan untuk mengasah kesabaran, mengasah keikhlasan, mengasah
kepolosan bathin, mengasah kemurnian bathin, mengasah kejujuran,
mengasah kebaikan, dll. Kalau demikian caranya, godaan sad ripu dalam
hidup tidak membuat bathin kita terbakar, tapi membuat kita bisa mereguk
sejuk dan damainya tirta amrita [air suci kehidupan].
==
Bagi kebanyakan orang yang bathinnya masih diselimuti avidya [kebodohan,
ketidaktahuan], mungkin sikap kita akan dilihat oleh mereka sebagai
lembek dan lemah. Padahal terbalik, justru bathin kita sekokoh batu
karang karena memiliki kapasitas yang tidak terbatas untuk menerima
kesengsaraan.
== Mungkin sikap kita akan dilihat oleh
mereka sebagai munafik. Tapi sesungguhnya bagaimana cara kita melihat
dunia sangat dipengaruhi oleh kualitas bathin kita sendiri. Senyuman
wanita oleh bathin yg cukup bersih akan dipersepsikan ramah, oleh bathin
yg kotor akan dipersepsikan genit. Orang yg mengendalikan dirinya oleh
bathin yg cukup bersih akan dipersepsikan baik, oleh bathin yg kotor
akan dipersepsikan munafik. Dan bahkan orang jahat-pun bisa terlihat
baik kalau bathin kita bersih.
== Mungkin sikap kita akan
dilihat oleh mereka sebagai bodoh atau tidak normal [gila], padahal
sebenarnya kita adalah manusia yang sudah bebas, manusia yang bathinnya
paling damai di dunia, manusia yang sudah dekat dengan yang
maha-tidak-terpikirkan.
Inilah jalan kamoksan, jalan pembebasan.
Rumah Dharma – Hindu Indonesia
25 Oktober 2010
Nice info.....thanks a lot
ReplyDeletehttp://ratizon.blogspot.com
Terimakasih, semoga kita bisa saling berbagi :)compassion
DeleteTerimakasih, semoga kita bisa saling berbagi :)compassion
ReplyDelete