Pancuran Belas Kasih

 
Setiap sahabat yang penggaliannya sudah dalam mengagumkan, memasuki wilayah-wilayah rasa yang sangat halus, suatu hari akan tersenyum penuh pengertian dengan pesan ini: “di balik rasa sakit yang Anda alami dalam waktu lama, tersembunyi rahasia tentang siapa diri Anda”.
Mendengar penjelasan seperti ini, seorang wanita yang bermasalah dengan ibunya kemudian bertanya sambil protes: “apakah orang tua yang menyakiti selama bertahun-tahun juga menyembunyikan rahasia tentang diri saya?”. Ada sedikit hal dalam hidup yang tidak bisa dipilih, salah satunya adalah orang tua. Menyangkut sesuatu yang tidak bisa dipilih, ia memberikan cermin yang lebih jujur lagi.
Sarannya kemudian, hati-hati memaknakan pengalaman hidup yang melukai jiwa. Pemaknaan akan menentukan apakah serangkaian pengalaman bisa membuat jiwa semakin bertumbuh, atau membuat jiwa semakin runtuh. Menyangkut orang tua yang melukai, lebih disarankan untuk menggunakan mereka sebagai cermin kalau jiwa memerlukan pemurnian dan penghalusan.
Bila tidak cocok dengan tetangga, Anda bisa pindah rumah. Jika tidak cocok dengan atasan, Anda bisa pindah pekerjaan. Tapi bila tidak cocok sama ibu, Anda mau lari ke mana?  Karena tidak bisa lari, satu-satunya pilihan yang tersedia adalah menempatkan pengalaman ini sebagai kesempatan untuk menghaluskan jiwa.
Pengalaman serupa juga dialami oleh banyak sahabat yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Setiap hari dan sepanjang hidup jiwa sahabat-sahabat ini dimurnikan dan dihaluskan. Perjumpaan dengan banyak orang tua anak-anak berkebutuhan khusus menunjukkan, di satu sisi beban jiwanya berat, di lain sisi hutang-hutang karmanya pelan perlahan terbayar.
Ada tiga transisi kejiwaan yang dialami oleh orang tua anak-anak berkebutuhan khusus. Transisi pertama dimurnikan oleh rasa sakit. Transisi kedua disempurnakan oleh rasa sakit. Transisi ketiga adalah mengalami keterhubungan spiritual.
Transisi pertama terjadi kalau seseorang tunduk sujud di depan rasa sakit, seperti sujud di depan Guru suci. Transisi kedua terjadi jika para sahabat memperlakukan anak-anak berkebutuhan khusus sebagai kesempatan untuk menyempurnakan cinta. Transisi ketiga dialami saat seseorang mengalami kepasrahan yang total.
Siapa saja yang mengalami tiga transisi kejiwaan ini akan sangat berterimakasih pada rasa sakit. Rasa sakit adalah hadiah spiritual yang sangat indah, yang tidak bisa diberikan oleh Guru suci dan buku suci.
Salah satu masterpiece di abad lalu adalah mahakarya berjudul Sang Nabi yang ditulis oleh pujangga besar Kahlil Gibran. Dan saat maha karya ini ditulis, Gibran sedang mengalami rasa sakit yang mendalam karena cintanya ditolak. Cahaya Agung yang pernah lahir di abad lalu adalah Mahatma Gandhi. Lagi-lagi ia bercerita tentang keindahan rasa sakit.
Ringkasnya, siapa saja yang sujud di depan rasa sakit, menggunakan rasa sakit sebagai alat untuk menyempurnakan cinta, mengalami keterhubungan secara spiritual, di sana akan menemukan wajah kehidupan sebagai sumur belas kasih. Bagi orang-orang seperti ini, air suci (tirtha) dari luar tidak lagi diperlukan. Secara lebih khusus karena sudah mengalami manasa tirtha (air suci yang dipercikkan di kedalaman bathin).
Penulis: Gede Prama
Photo Courtesy: Twitter@ImanNaim

Comments